Jenis Frasa
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi
dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur
pusatnya.
Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi
menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
·
Frasa
Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu
yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa
yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena
kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’
adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
·
Frasa
Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah
unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat
diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
rumah pekarangan
suami istri dua tiga (hari)
ayah ibu
pembinaan dan pembangunan
pembangunan dan pembaharuan
belajar atau bekerja.
·
Frasa
Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur
pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa
yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang
bersangkutan.
Contoh:
pembangunan lima tahun
sekolah Inpres
buku baru
orang itu
malam ini
sedang belajar
sangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atas seperti adalah
unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
·
Frasa Endosentris
Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan
mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur
pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’
merupakan aposisi. Contoh lain:
Yogya, kota pelajar
Indonesia, tanah airku
Bapak SBY, Presiden RI
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm
frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan
ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi
atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
·
Frasa
Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan
unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah
frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi
enam.
Ø Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk
mengaspal jalan
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
nama
contoh:
Dian itu manis
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva,
begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari
yang awalnya adalah frasa verba.
Ø Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai
adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata
‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba
tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara
sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Ø Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat,
paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi
predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu
yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang
terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau
‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
Ø Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan
bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)
kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
Ø Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi
atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan
klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok
kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
Ø Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi
atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena
penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu
mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa
tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang
termasuk dalam kategori konjungsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar